Pengertian dan Pengenalan
Geladian pimpinan satuan penegak biasanya disingkat dianpinsat, ada juga yang menyingkatnya menjadi dianpinsa atau GPS. Saya lebih memilih menyebut “dianpinsat” karena singkatan inilah yang dipakai kwarnas untuk menyebut kegiatana ini dalam dokumen-dokumen resminya.
Dianpinsat adalah salah satu bentuk pelatihan yang diperuntukkan bagi Pramuka Penegak. Disebut Pramuka Penegak, berarti sudah lulus syarat kecakapan umum (SKU) Penegak Bantara. Karena sebelum menjadi Penegak Bantara Pramuka tersebut baru menjadi Calon Penegak.
Aturan utama yang arus dipenuhi dalam melaksanakan dianpinsat adalahmengedepankan praktek langsung. Kalau pun terpaksa ada teori, hendaknya diberikan sepraktis mungkin dan selalu diikuti dengan praktek penerapannya.
Penyelenggara dan Peserta
Dianpinsat yang dilaksanakan di lingkup gudep diselenggarakan oleh pembina penegak dan pembantu pembina di gudep tersebut. Pembina tersebut melibatkan pemateri dari luar gudep bahkan dari luar anggota Pramuka jika dirasa perlu. Dan sangat dianjurkan melibatkan Pramuka Penegak/ Pandega yang lebih senior (lebih berpengalaman) di gudep tersebut. Dianpinsat juga bisa dilaksanakan di tingkat kwartir dengan Dewan Kerja Pramuka Penegak/ Pandega sebagai pelaksananya. Pihak kwartir, termasuk Pusat Pendidikan Pelatihan (Pusdiklat) hanya memberikan bimbingan dan pengawasan saja.
REPORT THIS AD
Hal tersebut sangat sesuai dengan prinsip memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada Pramuka Penegak untuk memimpin dan melaksanakan kegiatan sesuai yang tersurat pada Keputusan Kwarnas No. 080 tahun 1988 tentang Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega.
Peserta dianpinsat adalah para pemimpin sangga dan wakilnya serta para pengurus Dewan Ambalan.
Tujuan dan Sasaran Dianpinsat
Ada 3 tujuan pelatihan dianpinsat ini:
Pertama, melatih dan mengembangkan sifat kepemimpinan. Hal ini ditunjukkan dengan sistem pelaksanaan dianpinsat yang beregu. Semua peserta dikelompokkan dalam sangga-sangga dengan pemimpin sangga berganti-ganti selama kegiatan. Rolling pinsa tersebut dimaksudkan agar setiap peserta pernah merasakan beban tanggung jawab sebagai pimpinan.
Kedua, menembangkan keterampilan-keterampilan kepramukaan (scouting skills). Jangan membayangkan keterampilan kepramukaan bagi penegak sama persis dengan penggalang seperti: sandi morse, semaphore, peta pita, peta lapangan dan sebagainya. Ketrampilan yang hendaknya dikuasai oleh penegak lebih praktis namun lebih luas. Berkaitan dengan segala keterampilan yang diperlukan dalam berkegiatan di alam terbuka. Seperti keterampilan tentang cara yang baik mengelola tapak perkemahan, pengetahuan survival, penjelajahan, bahkan sampai pengetahuan cara mengatur menu makanan yang sehat ketika berkemah.
Ketiga, menanamkan pada Pramuka Penegak tentang manfaat dan pentingnya berkegiatan secara terorganisir dalam sangga maupun dewa ambalan.
Materi dan Penyajiannya
Ada 4 pokok materi yang semestinya diberikan:
Patriotisme dan spiritual.
Organisasi dan Administrasi.
Peranan pemimpin satuan penegak.
Kegiatan Pramuka Penegak.
REPORT THIS AD
Karena mengedepankan pelatihan yang bersifat praktis, bukan teoritis, seringkali ditemui kesalahpahaman dalam penyajian materi. Misalnya, materi patriotisme dan spiritual sangat tidak tepat jika diberikan dalam bentuk ceramah teoritis.Pembina yang cerdas akan selalu menghindari cara penyajian materi yang membosankan dan tidak efektif.
Sebagai contoh, peserta tidak perlu diceramahi tentang keagamaan. Untuk Pramuka muslim, bisa dengan diajak sholat wajib tepat waktu, dieri waktu untuk bertadarus di sore dan pagi hari, diajak shalat malam dan merenung berdzikir, dan sebagainya. Berkaitan dengan seni budaya, juga tidak perlu diberi ceramah tentang budaya. Berikan saja tugas pada peserta berupa pentas seni yang bernilai melestarikan budaya.
Kalaupun ada materi yang membutuhkan penyajian teoritis adalah materi organisasi dan administrasi. Ini pun bisa dimimalisir teoritisnya dengan membuat materi yang bisa di “PR” kan. Materi tertulis yang bisa dipelajari di rumah dan diukur tingkat pemahamannya dengan pretest dan posttestselama kegiatan. Bayangkan waktu yang terbuang hanya untuk membacakan materi yang sebenarnya bisa mereka baca sendiri di rumah. Bahkan bisa juga kita tidak memberikan materi, tetapi memberi tugas pada peserta untuk mencari pengetahuan terkait di internet atau buku. Materi tentang keorganisasian, jauh lebih baik jika dilaksanakan dengan cara workshop atau simulasi.
Kepemimpinan juga tidak selalu disajikan dengan slide presentasi ala training leadership. Lebih penting bagaimana mereka mampu merasakan langsung pentingnya kepemimpinan dengan merasakan team building game, penugasan kelompok bahkan bila perlu dibuat skenario problem solving. Untuk yang terakir ini, sering kali salah kaprah dijadikan ajang penggojlokan bulliying. Peserta tiba-tiba dimarahi, dibentak tanpa alasan. Peserta dihadapkan dengan masalah yang dimana mereka tidak punya kesmpatan untuk memecahkannya karena satu-satunya solusi yang mereka bisa lakukan adalah mendengarkan bentakan dan berlagak sedikit takut.
Materi tentang kegiatan atau saya lebih senang menyebutnya sebagai scouting skills adalah materi yang paling luas dan kompleks. Sehingga tidak harus diberikan secara menyeluruh dalam waktu yang terbatas. Lebih baik jika dipilih satu-dua materi yang nantinya cukup waktu untuk penyajian teoritis dan prakteknya.